Empuknya Bisnis Seprai, Penjualan Meroket Sejak Pandemi
Feb 11
0 Comments

Dari segelintir industri yang berjaya di masa pandemi, home bedding adalah salah satunya. Konsep home bedding mencakup berbagai produk yang menawarkan kenyamanan dan relaksasi di tempat tidur, mulai dari seprai, bedcover, selimut, hingga bantal berbagai bentuk dan ukuran.

Siapa sangka kalau krisis kesehatan global ternyata membuat banyak orang mencari produk home bedding berkualitas yang bisa menunjang kualitas tidur mereka. Ini karena kualitas tidur diyakini memiliki pengaruh langsung pada kesehatan fisik dan mental. Fenomena tersebut kemudian mendorong pertumbuhan industri home bedding yang penjualannya meroket sejak pandemi.

Salah satunya dialami oleh Sleep Buddy Bedding milik Indah Catur Agustin. Pengusaha asal Surabaya ini mengaku mengalami kenaikan penjualan 200 persen sejak pandemi. Dalam sebulan, ia bisa menjual hingga 10 ribu seprai.

“Maret 2020 itu penjualan lagi tinggi-tingginya,” ujar Indah, saat berbincang dengan CNBC Indonesia.

Kini, dalam sebulan ia bisa meraup omzet hingga Rp 1 miliar.

Selain karena kesadaran akan pentingnya tidur berkualitas, Indah tak memungkiri bahwa tren mempercantik hunian juga menjadi pendorong utama pertumbuhan Sleep Buddy selama pandemi. Tak cuma seprai dan bedcover, konsumen kini menginginkan selimut tipis untuk melapisi sofa, sebuah produk yang sebelumnya nyaris tak pernah dicari.

Laporan Grand View Research menyebut bahwa pandemi yang diikuti kebijakan Work From Home (WFH) telah membuat banyak orang mengalihkan anggaran belanja mereka untuk membuat hunian makin nyaman ditinggali, salah satunya dengan belanja produk home bedding.

Laporan yang sama juga menyebut bahwa market size produk home bedding global diperkirakan senilai US$ 73,88 miliar pada tahun 2020 dan diprediksi akan terus tumbuh sekitar 9% per tahun mulai dari 2021 hingga 2028. Ledakan di sektor perumahan dan meningkatnya belanja konsumen untuk perabot rumah tangga disebut menjadi pendorong pertumbuhan pasar.

Di Indonesia sendiri, lonjakan permintaan produk home bedding di awal pandemi sempat membuat produsen kewalahan. Sleep Buddy, misalnya, pernah kehabisan stok karena tidak menyangka penjualan akan melonjak tinggi. Karena itu, Sleep Buddy dengan cepat menambah kapasitas produksi.

Dari jumlah karyawan yang sebelum pandemi hanya 5 orang, kini mereka memiliki 68 karyawan. Sleep Buddy mempekerjakan banyak penjahit lokal dari Wonogiri yang kehilangan pekerjaan sejak pandemi karena sebelumnya mereka menjahit baju seragam sekolah dan kantoran.

Produk Premium Paling Banyak Diburu

Konsumen nampaknya rela mengeluarkan uang lebih untuk mendapatkan produk premium demi meningkatkan pengalaman tidur mereka. Ini terlihat dari penjualan produk premium Sleep Buddy yang kenaikannya paling tinggi selama pandemi.

Menurut Indah, dalam dunia home bedding, seprai dan bedcover berbahan tencel ada di posisi puncak dalam segi kualitas. Tencel memiliki serat bambu 100% dengan karakter sangat halus dan dingin ketika disentuh. Sleep Buddy menjual paket lengkap seprai dan bedcover berbahan tencel mulai dari Rp1,9 juta untuk satu set.

“Yang laku keras itu tencel. Kalau saya lihat, konsumen sekarang lebih mencari kenyamanan.”

Di sisi lain, Indah menyebut bahwa selain material yang digunakan, motif seprai juga menjadi faktor penting lain yang menjadi pertimbangan konsumen. Seprai polos tanpa motif dan motif minimalis sekarang tengah diminati konsumen. Tren ini ikut dipengaruhi oleh tren interior hunian secara umum yang dalam beberapa tahun terakhir lebih condong ke arah minimalis.

Mengenai tren di industri home bedding, Indah memprediksi akan ada semakin banyak industri rumahan yang bermunculan di Indonesia. Selama pandemi saja, menurut dia, ada banyak pemain-pemain lokal baru yang terjun di bisnis ini.

Dia berharap, tumbuhnya sektor home bedding yang masih didominasi UMKM mendapat dukungan dari pemerintah, baik dari segi publikasi hingga pendanaan usaha.

Manfaatkan Limbah Kain

Produksi yang besar tak pelak menghasilkan limbah kain yang besar pula. Sleep Buddy, yang didirikan sejak 2009, menghasilkan limbah kain dari sisa seprai sedikitnya 200 karung dalam sebulan.

“Awalnya bingung, ini sisa kain banyak banget mau diapain,” kata Indah.

Tak mau menambah beban lingkungan, Sleep Buddy bekerja sama dengan pihak ketiga yang bisa mengolah kembali sisa kain tersebut menjadi benang. Lalu, benang ditenun secara manual menjadi kain.

Tak berhenti di situ, Sleep Buddy kemudian menyerap kembali kain yang awalnya limbah tersebut untuk disulap menjadi sejumlah produk, seperti table runner, selimut sofa, dan bantal sofa.

Ingin Hadirkan Produk Berkualitas yang Ramah di Kantong
Indah sendiri terjun ke bisnis home bedding karena tak puas dengan seprai dan bedcover yang ada di pasaran. Saat itu, ia mengunjungi banyak pusat perbelanjaan di Surabaya untuk mencari seprai berkualitas, namun tak berhasil mendapat barang impian karena harganya terlalu mahal.

Dari pengalaman itu, Indah akhirnya mencari produsen yang bisa membuat seprai berkualitas dengan harga terjangkau. Bermula hanya iseng-iseng menjadi reseller, lama-lama Sleep Buddy makin kebanjiran pesanan. Indah akhirnya memberanikan diri untuk serius menggarap bisnis ini dengan memproduksi sendiri semua produknya.

Lewat Sleep Buddy, Indah ingin memberikan kesempatan pada lebih banyak orang untuk bisa merasakan nikmatnya produk home bedding berkualitas tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam.

“Semua orang berhak tidur enak,” pungkasnya.

SouceLink

CNBC Indonesia

CNBC Indonesia menyajikan berita terkini, riset, dan analisis mendalam seputar ekonomi, bisnis, pasar modal, bank, investasi, tech, dan ekonomi syariah.